Aku mencintaimu seperti langit yang luas
Aku memujamu bagai kaki yang menopang
Aku merindumu bagai daun yang tertiup angin
Tapi,
rasa ini bagai awan yang mudah terguncang karena hujan
keringat ini sudah hampir habis karena berjalan
ranting ini telah retak karena badai yang menerjang, sore kemarin
Bukan salah sore yang memerah
Tapi pagi yang menusuk dingin
Imaji menyeruak ketika siang
menghambur berceceran saat malam menjelang
bukan aku atau kamu
tapi dia dan mereka
membuat ini semakin luluh
Wahai api, berhentilah membakar
Cerahku sanggup menerangi gelap
membuat aku mampu melihat ini dalam pekat
Tapi jangan berjalan terlalu jauh, cahayaku tak mampu mengikuti
luntur lilin ini menghancurkan raga
semoga hati tak mengikuti
-sesuatu yang ditinggal oleh penyerahan-
pertamax…. hihihihihii 😀 Semangat say
“when u’re too in love to let it go, but if u never try then u’ll never know, just wut u’re worth” -coldplay-
@suzan.. tengkyu yaa 🙂
@mey.. ahh.. u know how to fix me 🙂
hayah, dikirain tadi ni tulisan bahas 90210. paporit jaman kuda 😀
eh, jadi ngerusak mood ya? hehehe. maaf. 🙂
haha. maunya gitu ben.. sayangnya kisah berkata lain.. *hlah*
mungkin bukan jodohnya… 😀
ajarin buat puisi gini Nan…
eh, kenapa ini maksudnya??
kmu knapa lg kah? apakah baik2 saja kah?
pinter bikin puisi neh, jago dah, udah ikut kompetisi puisisnya mbak Aliaz?…wah, tapi kalo ikut Oyen apet saingan doong, bagus-bagus lagi…tapi gak apa-apalah untuk memeriahkan dan ajang silaturrahim sesama blogger
hlaa,, aku malah belum tau tuh.. ntar mampir ke blog Mbak ALiaz dehh