Gaharu

Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp.

sumber: Kementrian Kehutanan

Pertama kali mendengar kata Gaharu itu dari Mona. Waktu mendengar kata itu saya hanya tercengang, nggak pernah denger dan nggak tahu maksudnya apa.

Sampai akhirnya Mona bercerita bahwa Gaharu ini adalah nama sejenis kayu. Nama Gaharu pula diambil sebagai nama TK yang menjadi bagian dari Nun Learning Center.  Kalau saya kira-kira ya, maunya si TK ini menghasilkan anak-anak yang cerdas dan berakhlak mulia sehingga dia bisa “mengharumkan” lingkungan di mana dia berada. Ya kayak kayu gaharu ini, yang bisa jadi bahan dasar parfum.

Learning center ini diprakarsai oleh orang tuanya Mona, yang merupakan idola saya 😀

Kenapa saya idolakan? Karena prinsip hidupnya. Bahwa kerja keras dan hasil yang didapat selama hidup adalah untuk mensejahterakan orang lain. Hidup itu ibadah. Kerja itu untuk tabungan akhirat.

Nun Learning Center ini dibangun di Baleendah, Jawa Barat. Selain TK alam, ada juga belajar Al Qur’an dengan metode qiraati serta Taman Bacaan.

Kalau dengar cerita mamanya Mona, sudah banyak yang dikerjakan dan ceritanya sangati inspratif. Banyak pengalaman yang menunjukkan pembuktian si “Mestakung”, Semesta Mendukung. Ketika kita menginginkan sesuatu untuk tujuan baik, pasti ada jalannya.

Tanggal 29 April nanti, Gaharu  akan open house. Kalau yang berminat datang dan berpastisipasi silahkan datang. Ada banyak lomba yang akan diadakan untuk anak-anak di lingkungan sekitar.

Kalau ingin berpartisipasi tapi tidak bisa datang, saya punya ide untuk ngumpulin buku yang akan disimpan di taman bacaan di sana. Programnya saya sebut “Tukar Buku”. Kenapa Tukar buku?

Saya dan Mona punya beberapa buku yang dulu pernah kita beli tapi sampai sekarang belum dibaca, bahkan belum dibuka plastiknya 😀 Nah, kita tawarkan untuk menukar buku-bukunya dengan buku anak-anak yang teman-teman miliki. Nanti buku anak-anaknya kita letakkan di taman bacaan.

Kalau nggak punya buku gimana? Teman-teman bisa “tukar buku”nya dengan sejumlah uang. Dari uang itu akan saya bantu belikan buku anak-anak.

Jadi, program “tukar buku” ini, ada 2 cara:
1. Tukar buku dengan buku
2. Tukar buku dengan uang: hasil penjualannya akan kita belikan buku anak

List bukunya apa saja?
Rajin-rajin baca blog saya dalam minggu ini ya, nanti saya update 😀

Ada yang bisa dibantu?

McD Bintaro sore Minggu 17 April itu sangat ramai karena ada yang berulang tahun. Saya dan Satrio datang jauh dari Sunter untuk menemui seseorang, yang saya tahu lewat twitter. Mencari ilmu, bahasa kerennya.

“Saya sudah sampe nih, pake topi dan helm merah” begitu katanya ketika saya angkat telpon.

Saya berdiri dan berjalan ke pintu masuk. Saya belum pernah bertemu langsung, tapi saya sudah pernah melihat beberapa foto diri di web yang ia kelola.

Sangat tidak berbeda dengan fotonya. Saya langsung mengenali topi hijau lumut dengan pin biru yang menempel selalu di topinya. Saya panggil namanya dan dia menjabat erat tangan saya. Jabatan yang erat dan tegas, setegas matanya saat menatap lawan bicara.

“Jadi, ada yang bisa saya bantu?” itu kalimat pertama yang terlontar. Saya tersenyum.

Saya paparkan sedikit tentang maksud kami yang ingin belajar dari pengalaman dia mengenai bagaimana caranya menopang kegiatan sosial kami dari segi finansial. Saya dan Satrio memang baru di dunia seperti ini, dan kami ingin belajar sebanyak-banyaknya dari orang yang lebih dulu memulai. Oleh karena itu, kami meminta waktu Mas Yudhis Juwono, pria yang kami temui sore itu.

Obrolan lalu dimulai dengan perkenalan. Selama obrolan dia berbicara santai, cenderung slenge’an, kalau bahasa saya. Tapi pria ini selalu tahu kapan harus “menembak” lawan bicaranya untuk menegaskan kalimat.

Satu hal yang menyenangkan, sebelum bertemu dia cari tahu tentang saya. Jadi, saaat memaparkan sesuatu, dia sudah bisa mengaitkan berbagai cerita dengan kegiatan saya lainnya. Saya seperti dapet bonus “clue” yang tepat karena sesuai dengan kondisi saya.

Saya tergelak ketika di sela obrolan dia selalu mengatakan

“Dunia kita ini nggak sexy, jadi kita harus pandai menyajikannya”.

Yang saya tangkap, maksudnya adalah dunia ini bukan dunia yang gampang untuk “dijual”. Lucu rasanya karena saya  mendengar pernyataan itu. Saya menyadari “dunia yang sexy” itu adalah dunia yang glamour, dunia yang menyajikan hiburan, dunia yang menyajikan popularitas dan sebagainya. Sedangkan, dunia saling membantu, tolong menolong, saling mendukung memajukan Indonesia ini adalah “Dunia yang nggak sexy” seperti yang Mas Yudhis bilang.

Banyak hal yang saya pelajari dari Mas Yudhis. Bagaimana menjadi terpercaya di bidang ini, bagaimana seharusnya mencari mitra untuk dibantu, bagaimana menyalurkan minat orang-orang yang punya niat membantu dengan benar dan bagaimana caranya menopang kegiatan ini secara finansial. Semuanya diceritakan Mas Yudhis dengan lugas. Saya dan Satrio hanya sempat terbengong-bengong karena kagum dengan cerita-ceritanya.

Satu hal lagi yang saya suka dari Mas Yudhis adalah dia tidak hanya sekedar bercerita. Dia memberi kami tantangan. Seperti di tengah cerita, dia tiba-tiba bertanya “Eh Nanda aslinya dari mana?” saya menjawab “Palembang…” tiba-tiba di berekspresi kaget, mencondongkan arah duduknya ke saya, lalu matanya menatap lekat-lekat seperti biasanya orang-orang yang ternyata juga berasal dari Palembang lalu menemukan kesamaan “Palembang ya?” matanya tegas menatap saya, lalu saya tersenyum “iya mas.. kenapa?” dengan cepat dia menjawab “emang di sana nggak ada yang bisa dibantu” EH! Saya langsung kaget. Dia bertanya cepat. Sebelum saya sempat menjawab dia langsung kembali menyandarkan diri ke kursi, dan berkata santai “yahh…nantilah kamu pikirkan lagi, siapa tau ada yang bisa dibantu di sana” JLEB! dia seperti memberi shock theraphy pada saya. Dan yah, akhirnya sampai sekarang saya masih memutar otak mencari partner di Palembang untuk menginisiasi Perpuskreatif di sana. Ada yang mau? 😀

Tak cuma tantangan, dia memberi kami “pe er” untuk dipikirkan. Dengan gaya shock theraphy-nya, dia juga bertanya “coba ceritakan tentang Child Can Lead”. Lalu saya dan Satrio akhirnya menjelaskan dengan panjang lebar dan dia mengangguk-angguk saja. Setelah selesai, dia cuma bertanya “Coba ceritakan Child Can Lead dalam satu kalimat” EH! kami berdua langsung diam.Bingung mau jawab apa karena nggak terpikirkan.

Jadi, menurut Mas Yudhis, nggak semua orang punya banyak waktu untuk mendengarkan kita. Kita harus mampu menceritakan kegiatan kita dalam satu kalimat, sehingga orang menangkap maksud kita dengan cepat.

Setelah obrolan padat yang membakar semangat dan meninggalkan banyak pe er untuk dipikirkan, tiba-tiba Mas Yudhis mengambil helm dan jaket yang diletakkan di kursi, berdiri dan berkata ” Oke, sudah ya, nanti kita ngobrol-ngobrol lagi setelah kamu pulang dari Surabaya”. Kemudian dia menjabat tangan kami erat dan pergi.

Saya dan Satrio hanya tertawa. “Keren banget nih orang” saya berkata begitu berkali-kali. “Kita dicekokin banyak hal, trus belum sempet mikir,eh dia pergi… ”

Walhasil sepanjang jalan pulang dari Bintaro ke Sunter, saya dan Satrio berusaha keras mencari kalimat padat dan jelas untuk menceritakan Child can Lead. Ternyata susah 😦

Dua hari setelah pertemuan itu, saya dan Satrio akhirnya bertemu dan kembali berusaha untuk merumuskan apa itu Child Can Lead dalam satu kalimat. Hasilnya : Child Can Lead adalah jembatan untuk anak-anak mencapai DREAM(Different.Responsible.Educated.Active.Manner) melalui perpustakaan kreatif dan kegiatan kreatif.

Obrolan sore dengan Mas Yudhis ini bukan obrolan biasa. Banyak ilmu yang saya terima dan selanjutnya menjadi pe-er bagi saya untuk berani mengaplikasikannya. Satu hal lagi yang dapat dari Mas Yudhis, bahwa  kalimat “Ada yang bisa dibantu?” adalah kalimat yang sakti. Dengan membantu orang lain, maka jalan kita nantinya pasti akan dimudahkan. Istilah saya, “menabung bekal”.

Jadi, ada yang bisa saya bantu? 😉

 “Knowledge is of no value unless you put it into practice.”

~Anton Chekhov

Wanna do something? Made a Time!

“Sibuk… nggak punya waktu… Semuanya cuma alesan untuk menunda dalam melakukan sesuatu”

Begitu denger kalimat itu saya langsung tertohok. Diem sebentar. Trus cengengesan karena yang dibilang oleh Mbak Ollie itu bener banget. Selama ini saya cuma punya niat, tapi sekedar “bersenda gurau” kalau bahasanya Mbak Ollie.

Siapa itu Mbak Ollie? Kenapa bisa ketemu dia? Dan bisa-bisanya dia “menghujam” saya dengan kalimat itu?

Jadi. Begini ceritanya…

Saya punya perhatian khusus pada pendidikan anak di Indonesia. Merasa bahwa sekolah di Indonesia pada umumnya nggak cukup membuat anak-anak di Indonesia itu tahu mau apa dia di masa depan. Banyak anak Indonesia bahkan tidak tahu apa sebenernya tujuan mereka sekolah, atau yang lebih parah lagi mereka tidak tahu apa cita-cita mereka. Nggak cuma itu, saya merasa masih banyak hal lain yang “kurang tepat” dari pendidikan di Indonesia.

Tahu ada masalah, saya pengen bantu. Niat mulianya “menyelamatkan generasi muda Indonesia”.

Keren kan?

Niat itu sudah dimulai sejak setahun lalu. Tapi, setelah setahun berlalu, itu cuma menjadi niat yang sekedar niat. Saya nggak tahu gimana memulainya. Akhirnya, atas nama kesibukan, saya menenggelamkan semua niat itu.

Sampai di awal tahun 2011 ini, saya memulai tagar #3things1day di twitter. Setiap malam sebelum tidur saya twit 3 hal yang saya syukuri pada hari itu. Cara itu buat saya berhasil memfokuskan diri pada kebahagiaan yang saya rasakan. Dari hari ke hari saya bisa melihat banyak hal yang patut saya syukuri. Bahkan di saat saya biasanya sedih, saya bisa melihat dari sisi yang berbeda dan saya akan mensyukurinya.

Dengan cara itu, saya merasa bahwa Allah ngasih banyak kebahagiaan ke saya. Banyak berkah yang tak terkira yang saya dapatkan. Dan, sudah saatnya saya membuat kebahagiaan ini menjadi lebih berkah lagi dengan membaginya pada orang lain. Saya janji sama diri saya kalau saya harus melakukan sesuatu.

Pada hari saya berjanji, hari itu juga Mbak Ollie posting di blognya tentang children education. Di akhir posting-nya dia bilang “If you think I can help you in any way for my concern in children education, or if you think you have the same concern, just leave a message in this comment box”

Begitu baca kalimat terakhir itu, instead of leaving message in her blog, I emailed her. Saya bilang saya punya concern yang sama dan saya kebingungan untuk eksekusi. Saya minta waktunya untuk berdiskusi. Nggak berapa lama, dia bilang boleh. Saya atur waktu dengan asistennya, dan saya dapat jadwal malam ini untuk ketemu Mbak Ollie di FX. Seneng banget, karena Mbak Ollie mau meluangkan waktunya. Saya juga merasa sangat beruntung dikasih dan dimudahkan jalan oleh Allah 🙂

Kebetulan, tadi siang saya juga ketemu Satrio yang saya tahu punya concern yang sama tentang pendidikan di Indonesia. Jadi, saya ajak dia juga untuk ketemu Mbak Ollie.

Sebelumnya saya pernah lihat Mbak Ollie di salah satu acara TEDx Jakarta. Tapi, sekedar ketemu saja, nggak sempet ngobrol banyak. Malam ini, saya ketemu lagi dan terkagum dengan perbedaan fisik yang saya lihat. Mbak Ollie makin langsing, cantik dan gaya 😉

Seriously, saya sampe grogi ketemu dia. Dia minta saya kenalin diri, saya malah langsung cerita soal children education 😀 Saya yang biasanya selalu ngerekam pembicaraan yang saya anggap penting di iPhone saya sebagai pengganti notulensi, tiba-tiba tadi lupa, karena terbengong-bengong ketemu dia.

Kita ngobrol santai, tapi bagi saya semuanya penuh inspirasi.

Waktu mulai obrolan tentang children education, dia langsung bilang “what can I do? What can I help?” Dan saya langsung bilang, saya pengen bantu memperbaiki pendidikan anak di Indonesia. Lalu dia Tanya “Goal yang lebih spesifik apa? Maunya apa?” Saya langsung bingung. Tiba-tiba saya disadarkan kalau semuanya masih blurry.  Nggak ngebiarin saya bingung lebih lama, dia lalu bilang “Make campaign, mulai dari hal yang sederhana”.

Mbak Ollie lalu cerita soal banyak cerita contoh-contoh nyata yang dimulai dari sesuatu yang sederhana. Salah satu ceritanya adalah tentang aunty-nya. “Tahu PKK kan?” katanya, “aunty saya itu sukses dari PKK”, awalnya saya nggak ngerti maksudnya, lalu dia melanjutkan “Sesederhana merapihkan halaman, tetangga lihat lalu ditiru. Dan selanjutnya semakin banyak yang niru. Sampai sekarang aunty-nya diundang untuk bicara di forum internasional, karena PKK itu sendiri kegiatan bagus untuk meningkatkan derajat wanita”.

Dia cerita banyak contoh lain. Seperti coin a chance nya Hanny. sampai dengan kegiatan books for Hope-nya Grace.

Sepanjang dia cerita, saya dan Satrio senyum-senyum aja. Kita juga cerita, gimana seringnya kita punya ide dan sering gagal waktu eksekusi dan pada akhirnya kita biarkan itu hilang.  Mbak Ollie lalu cerita soal bisnisnya. “Bisnis saya itu ya nggak mungkin nggak gagal. Pasti ada masanya lagi turun. Tapi, giving up is not an option. Karena yang saya lakukan itu passion saya, saya terus maju. Perfection is journey.” Lagi-lagi saya dan Satrio Cuma bisa senyum karena alasan gagal itu cuma excuse karena kita ya sekedar nggak mau aja nerusinnya. “Sibuk… nggak punya waktu… Semuanya cuma alesan untuk menunda dalam melakukan sesuatu” Mbak Ollie lanjutin lagi, “Made a time! Seperti yang kalian lakukan sekarang buat ketemu saya karena concern tentang pendidikan, itu semua kan sebenernya kalian mau ‘made a time’ di tengah-tengah kegiatan kalian”

Trus tiba-tiba di tengah obrolan dia bilang. “Kalau kalian mau melakukan sesuatu, buat outline kegiatannya dan bikin schedule” Kita ngangguk-ngangguk dengerinnya, trus tiba-tiba dia nambahin “Nah, kalian juga buat outline & schedule ya.. pakai mind map bisa.. besok sore email ke saya outline & schedule-nya. Email me tomorrow, or never email me forever!” Kita kaget dengan tantangan dia. Nggak kebayang langsung ditantang begitu. Tapi, saya dan Satrio sadar, kalau kita nggak langsung buat, semangat kita bakal nguap begitu saja. Mbak Ollie juga bilang “Saya ini jago  ngomporin loh.. nanti saya tagih janji kegiatan kalian” Saya rasa dia benar. Ngobrol sama dia saya berasa ‘panas’ pengen melakukan sesuatu yang real, kayak abis dikomporin 😀

“Niat saja nggak cukup. Sholat aja kalau Cuma niat, tapi nggak dilakuin ya nggak cukup. Kalau kalian nggak melakukan, semua obrolan yang kalian lakuin itu ya cuma senda gurau aja”,katanya.

Tapi, dia nggak sekedar ngomporin kok. Mbak Ollie juga ngasih tahu kira-kira apa yang bisa kita lakuin. Sistem pendidikan dengan project base yang biasa dilakukan sekolah multinasional, bisa jadi ide program. Kita juga diminta cari inspirasi dari kegiatan-kegiatan yang ada di luar negeri.

Nggak cuma cerita soal pendidikan anak di Indonesia, dia juga cerita bagaimana dia bisa menangani bisnisnya yang banyak itu. “Aku ngelakuin banyak hal, tapi semuanya yang aku suka.. books, writing, hanya hal-hal yang terkait passion-ku. Jadi, aku seneng mengerjakannya”.  Lalu, saya tanya dia tidur berapa jam sehari dengan semua kegiatannya itu, dia bilang “Tidurnya cukup kok, seperti seharusnya. Aku tidur 5 jam sehari”. Trus tiba-tiba dia bilang “Salah satu kunci buat bisa sukses yaitu ngurangin tidur. You can sleep when u die” Saya ngerti maksudnya, yang namanya hidup ya kita harus melakukan sesuatu. Nanti akan ada saatnya kita bisa istirahat.

Ohya, mimpi dia adalah “Saya kerja sekarang ini supaya di umur 35 saya udah bisa pensiun. Cuma doing writing, travelling around the world…”, Wew! mimpinya seru.

Masih banyak pelajaran yang saya dapat dari dia. Kalau diceritain detail, bisa-bisa saya nggak tidur malam ini 😀 Karena Saya mau ngerjain Pe-eR mbak Ollie dulu… saya nggak mau kehilangan kesempatan buat dibolehin email ke dia selanjutnya 😉

I can’t say anything but thanks Mbak Ollie… 🙂 🙂